Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana WhatsApp Menghasilkan Uang Padahal Tidak Menampilkan Iklan Di Aplikasinya

 

 

            WhatsApp - merupakan aplikasi messaging yang paling banyak digunakan di seluruh dunia termasuk Indonesia.
 
Menurut statistik ada sekitar 2 miliar pengguna aktif,  100 miliar pesan dikirim, dan 18 jam user menggunakan WhatsApp setiap harinya.

Di WhatsApp sendiri kita pasti tahu kalau di dalamnya tidak terdapat iklan atau semacam In-App Purchase, yang tentunya bagi sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya bagaimana si WhatsApp ini menghasilkan uang kalau tidak ada itu.

WhatsApp didirikan pada tahun 2009 oleh mantan karyawan Yahoo yaitu Jan Koum dan Brian Acton.
Dulu sebenarnya WhatsApp mengenakan fee pada penggunaya setahun sekali sekitar US$0.99, akan tetapi WhatsApp menghapus fee ini pada tahun 2016 karena telah diakuisisi oleh Facebook.

Setelah Facebook mengakuisisinya WhatsApp menjadi tiga kali lebih besar dari sebelumnya yang membuatnya menjadi aplikasi pesan yang paling populer. Disinilah WhatsApp mendapatkan penghasilan menggantikan mekanisme berlangganan yang ada sebelumnya. Dengan dipegangnya WhatsApp oleh Facebook mendapatkan banyak informasi data tentang pengguna WhatsApp yang tentunya mengguntungkan.
Mark Zuckerberg sendiri selaku bos Facebook berjanji tidak akan menggunakan data milik user WhatsApp untuk meningkatkan penargetan iklan, kecuali user memilih setting untuk membagikan informasinya dengan Facebook.

Ada 2 versi WhatsApp yaitu normal dan bisnis, keduanya gratis.
Yang membedakannya adalah kalau versi normal hanya memiliki fitur biasa seperti pada layaknya aplikasi chat, sedangkan versi bisnis terdapat tambahan fitur seperti templet pesan, broadcasting, aktifitas kontak, dll, yang tentunya memudahkan para pelaku bisnis.
WhatsApp bisnis umumnya digunakan oleh perusahaan/penjual skala kecil sampai menengah. Untuk bisnis skala besar WhatsApp menyediakan WhatsApp Business API yang berbayar, disinilah untung yang mereka dapatkan.
Mekanisme harga yang disediakan berdasarkan 2 konversi model yaitu User-Initiated dan Business-Initiated (detail).

Kurang lebih begitulah WhatsApp (juga Facebook) mendapatkan keuntungan selain dengan menempatkan iklan atau menaruh In-App purchase yang tentunya terlihat kurang profesional apalagi mereka adalah raksasa digital.

Semoga tulisan di atas bisa mengobati rasa penasaran kalian, meskipun hanya berdasarkan riset abal-abal yang saya lakukan dengan hanya searching sana-sini dan kurang mendalam.
Sekian sampai jumpa, Terima Kasih.